Setiap pimpinan perusahaan di tuntut untuk bisa mencapai target yang di tetapkan oleh pemilik dan pemegang saham perusahaan. Target utama adalah target kinerja perusahaan dalam bentuk raihan keuntungan perusahaan minimal setahun ke depan. Target keuntungan itu bisa meliputi, target EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortisation), EBIT (Earning Before Interest and Tax), EBT (Earning Before Tax) atau Target Net income. Tiap perusahaan berbeda target keuntungannya.
Biasanya ada dua strategi yang di lakukan oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai target keuntungan tersebut, yang pertama yaitu dengan peningkatan sales dengan menaikkan harga dan/atau meningkatkan volume penjualan. Kedua, dengan mengurangi biaya (cost cutting strategy) perusahaan agar lebih efisien.
Dalam kondisi market yang menurun dan persaingan sangat ketat, terkadang sangat sulit untuk menaikkan harga dan meningkatkan volume penjualan. Kompetitor kita akan merespon dengan cepat atas strategi yang kita lakukan.
Untuk itu, hal termudah yang bisa dilakukan segera dan masih di control manajemen adalah dengan mengurangi biaya perusahaan. Tentunya pengurangan biaya ini tidak menggangu operasional perusahaan. Strategi ini saya namakan COST CUTTING SRTATEGY. Cost cutting strategy ini dilakukan dengan cara menghilangkan unnecessary cost (biaya tidak penting) yang masih bisa di hilangkan tanpa menganggu perusahaan. Bagaikan tubuh, agar tubuh sehat perlu di kurangi yang kelebihan berat badan, lemak-lemak dan kolesterol nya. Sehingga tubuh menjadi fit dan ideal menjadi lincah, energik dan sehat untuk beraktifitas.
Namun untuk mengetahui unnecessary cost ini perlu di lakukan analisa dan diskusi yang mendalam dengan seluruh team operasional, agar benar-benar bisa menemukan root cause dan unnecessary cost di dalam proses saat ini. Sehingga mantap yakin saat melakukan eksekusi dan tidak menyebabkan permasalahan baru yang muncul atas inisitatif ini.
Dalam tulisan ini saya akan fokus kepada sharing praktek-praktek cost cutting strategy yang pernah saya lakukan bersama-sama dengan tim. Setiap strategi ini memerlukan kerjasama yang baik dari seluruh tim baik tim di head office maupun di pabrik.
- Cari alternatif supplier dengan harga yang lebih murah
Tentunya dengan spesifikasi dan kualitas yang serupa atau masih dalam toleransi yang masih di ijinkan tanpa mengurangi kualitas produk akhir yang di hasilkan. Mulailah dengan cost yang paling besar terlebih dahulu dan mulailah dari yang paling mudah di lakukan terlebih dahulu. Agar dampak saving yang di rasakan lumayan besar dan bisa di eksekusi segera. Jika perusahaan Anda adalah manufaktur, maka bisa mulai dari supplier raw material. Inisiatif ini memerlukan kerjasama yang inten dengan tim manufaktur untuk pengujian raw material dari supplier baru.
2. Optimalkan biaya distribusi transportasi
Cara mengoptimalkan biaya transportasi melalui tiga cara: pertama, adalah bidding harga dengan waktu yang agak panjang, misal 2-3 tahun, konsolidasikan volume untuk mendapatkan harga yang lebih murah Karena transporter akan senang dan rela mengurangi harga jika volumenya besar. dan kedua, mencari alternatif moda transportasi yang lebih murah, misal untuk pengiriman dari Cilegon ke Surabaya untuk produk tertentu bisa menggunakan railway. Saat ini harga railway lebih murah daripada trucking untuk tujuan tertentu (tujuan jarak jauh). Kalau tujuan jarak pendek, truk masih lebih murah. Ketiga, optimalkan kapasitas dengan cara menambah volume truk atau container. Semakin optimal akan semakin mengurangi transport cost per produk. dengan Dengan dua cara: mencainnya dengan spesifikasi yang masih di terima dengan harga yang lebih murah. Untuk container, seisa mungkin jangan sisakan ruang kosong. Karena harga cost container adalah per shipment, biaya per container akan sama berapapun isi barang yang di angkut.
3. Lokalisasi
Lokalisasi berarti beralih ke lokal.
Jika masih banyak impor produk jadi, sebaiknya perlu di review kembali karena produk impor sering beresiko kenaikan harga yang tiba-tiba misal karena foreign exchange yang naik turun dan juga lead time impor yang lebih lama. Dengan lokalisai supplier atau buat sendiri akan jauh lebih baik karena harga yang lebih stabil dan lead time delivery yang pendek. Plus kita juga bisa order dengan volume sesuai dengan keperluan, bisa sedikit saja. Beda dengan impor, biasanya minimum satu container jika mau efisien. Sehingga barang akan menumpuk di Gudang dan ini menimbulkan carrying cost di Gudang.
Lokalisasi bisa berlaku untuk sumber daya manusia, jika masih banyak pekerja expatriate sebaiknya segera lakukan analisa atas cost vs benefit nya. Berdasarkan pengalam saya, total biaya expatriate itu jauh jauh jauh lebih besar dari pada local hired. Biaya expat itu tidak hanya gaji, tapi juga tunjangan tempat tinggal, sekolah anak-anaknya di sekolah Internasional, tunjangan pajak dll. Jika pekerjaan itu replaceable, segera kurangi pekerja expat. Maka Anda akan segera melihat dampak cost saving yang significant. Amazing!
…to be continued in the next article #costcuttingstrategy
Salam Pembelajar, Martoyo
Source picture: https://www.caaa.biz