Minggu lalu saya berkesempatan bertemu dengan salah satu CEO perusahaan MNC, sebutlah namanya Mr. XY. Kita sengaja janjian lunch di Citos sekaligus pengen ngobrol karena kita sangat jarang ketemu. Mr. XY sudah saya angap sebagai mentor selama lima tahun terakhir.
Seperti biasa jika saya bertemu dengan seorang kawan, mentor dan pimpinan perusahaan maka saya siap menyerap dan mendengarkan sharing dan insight best practises di perusahaan dimana dia bekerja.
Sambil order bebek krispy, saya pun mulai menanyakan kondisi market dan achievement perusahaan saat ini, khususnya satu tahun terakhir.
Mulailah Mr. XY ini bercerita best practices yang dilakukan setahun terakhir ini terutama terkait dengan program operasional excellence dan cost cutting. Maklum saat ini industri sedang mengalami persaingan yang sangat ketat, price war terjadi tidak hanya dari local market tapi juga dari banjirnya produk import.
———–
Tiba-tiba, diskusi kita pun terhenti sesaat karena pramusaji meghidangkan bebek krispi yang kita order dan siap di santap.
Sambil kami menyantap makanan Mr. XY pun melanjutkan sharing dan cerita nya kembali ;
Perusahaan ini sebelumnya mengalami loss, namun sejak dia bergabung setahun yang lalu perusahaan ini sudah emnghasilkan net profit, laba sudah mulai positif dan meningkat significan. Sebagai pimpinan, fokus yang dilakukan Mr. XY adalah dengan mereview proses bisnis saat ini. Melalui pengamatan langsung dan nongkrong di pabrik pun dilakukan untuk mencari proses-proses yang tidak menambah nilai tambah. Akhirnya untuk meningkatkan performa perusahaan pun, Mr. XY memulai melakukan cost efisiensi dan cost cutting di beberapa lini.
- Meniadakan jumlah tenaga kerja outsourscing di pabrik yang jumlahnya hampir 100 orang. Trus di gantikan siapa? pekerjaan yang selama ini di tangani oleh tenaga outsourcing di handle oleh tenaga dipabrik yang existing. Tidak ada penambahan orang, melainkan mengurangi jumlah setiap shift menjadi separoh. Sisanya bisa membantu di proses handling. Awalnya ada penolakan dan demo dari karyawan pabrik. Namun dengan pendekatan yang baik ternyata bisa dijalankan dengan lancer. Ini cost cutting yang punya dampak signifikan. Keren.!
- Mengurangi waste dan reject product yang selama ini ternyata jumlahnya sangat banyak, karena lemahnya quality control di pabrik. Bahkan terkadang ada vested interest dari beberapa karyawan untuk menjadikan good product menjadi reject product agar bisa di jual lebih murah sebagai 2nd grade. Langkah ini memberikan dampak yang sangat besar buat perusahaan. Keren.!
- Mengurangi biaya sewa kantor dengan dua langkah, yaitu memindahkan kantor dengan harga sewa yang lebih rendah dan mengurangi space kantor yang diperlukan. Ternyata dampak cost cutting juga sangat signifikan. Keren.!
- Merampingkan tim, mengurangi jumlah manager dan menggabungkan beberapa fungsi agar lebih efisien. Cost cutting dari sisi personel cost dan space cost (rental office). Keren.!
- Mengurangi biaya travel dan akomodasi dengan mengupayakan meeting melalui viedo conference. Efisien dari sisi cost dan waktu, sangat produktif. Meeting tatap muka di lakukan jika betul-betul di perlukan saja. Keren.!
- Mengurangi jumlah meeting menjadi satu. Sebelumnya ada meeting-meeting koordinasi terpisah. Sekarang di jadikan satu meeting dengan peserta dari semua departemen dalam satu waktu. Sekali meeting langsung tuntas dan ada solusi kongkti. Keren!
- Fokus menjual produk-produk yang mempunyai margin baik (tebal).
- Mencari alternative outsourcing yang lebih murah dari luar negeri.
- Mengurangi report-report yang tidak di perlukan dan mendorong tim untuk lebih produktif.
Sebuah sharing best practices yang sangat bermanfaat, impactfull dan fresh from the oven dari pelaku nya. Bagi saya poin-poin yang disampaikan ini sangat berharga, menambah nikmatnya makan bebek krispi ini. Saking asyikknya mendengarkan sharing insight nya bebek di piring pun habis tuntas dan saya lirik jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Kami pun bergegas untuk kembali ke kantor lagi.
Sebuah makan siang yang sangat berharga..!
Edisi 1 #CostCutting
Salam pembelajar. Martoyo