Untuk pembaca setia blog saya yang lagi cari-cari inspirasi ide cost cutting, tulisan ini seri lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Cost Cutting Tips #3 beberapa waktu lalu.
4 Tips Cost Cutting Strategy itu adalah:
9. Define ‘Relevant Cost’ vs ‘Irrelevant Cost’
Relevant cost adalah biaya-biaya yang terkait LANGSUNG dengan suatu proses dan/atau aktivitas tertentu. Jika aktivitas tertentu dihilangkan atau dikurangi maka relevant cost itupun akan bisa dihindarkan atau dikurangi. Dengan bisa men-define mana yang termasuk relevant cost dan tidak, hal ini sangat bermanfaat buat kita untuk menentukan dan memilih langkah cost saving. Contohnya? misal: dengan memindahkan produksi barang-barang tertentu dari produksi sendiri ke OEM (original equipment manufacturer) maka relvant cost yang bisa di hindarkan adalah biaya sewa tanah, depresiasi mesin, biaya overhead dan biaya produksi langsung (direct and indirect cost). Saat kita mengalihkan ke OEM, maka net cost saving adalah perbandingan total relevant cost (yang bisa dihindarkan) vs biaya produksi di OEM.
10. Simplify SKU (Stock Keeping Unit)
Semakin banyak SKU maka akan semakin tidak efisien proses produksi. Lakukan regular review jumlah SKU baik yang bersifat Made-to-Stock (MTS) dan Made-to-Order (MTO). Kelompokkan inventory dalam kategori A-B-C. Kategori A untuk inventory yang jumlah transaksinya sering dan kontribusinya signifikan terhadap penjualan, sedangkan kategori C adalah yang frekuensi transaksi dan jumlahnya kecil.
Simplify stock secara regulat, terutama untuk stock kategori C, yang biasanya jumlah item SKU nya banyak namun kontribusi transaksinya rendah. Hati-hati terhadap kategori ini, pengalaman saya kategori ini sering menjadi bottle neck proses di pabrik dan warehouse. Mengapa? karena jumlahnya kecil dan itemnya banyak maka proses produksinya menjadi tidak efisien (mesin efisiensi menjadi rendah, waste meningkat) bahkan sering menjadi slow moving item dan menumpuk di warehouse. So, segera review dan simplify SKU yang kita punya untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi operasional.
11. Write off ‘death-stock’ & slow moving stock
Banyak tidak disadari oleh kita bahwa slow moving dan death stock yang terlalu lama di pabrik/warehouse akan menyebabkan tambahan cost yang berupa ‘caryying inventory cost’ seperti biaya warehouse: rental space, merawat dan cost of capital. Jika di hitung biaya carrying cost ini sangat besar, namun biasanya biaya ini tidak kita sadari. Dengan write off death stock secara regular, maka kita bisa memangkas segera relevant cost terkait dengan carrying inventory cost ini. Ada cerita yang sangat menarik dari rekan saya di CCA (Coca Cola Amatil) beberapa tahun silam saat dia melakukan review atas death-stock dan slow moving ini, yang selama ini tetap di simpan di gudang tanpa satupun berani untuk mengambil keputusan write-off atas inventory ini. Tak disangka, dengan mereview dan write off death-stock dan slow moving ini, perusahaan bisa melakukan cost saving significant dari warehouse cost. Sebelumnya memerlukan 3 warehouse untuk menyimpan inventory, akhirnya hanya menjadi 2 saja. Dengan langkah yang sederhana, ternyata dampak cost saving yang dihasilkan significant bagi perusahaan. Amazing!
12. Combined shipment raw material
Untuk mengurangi freight cost untuk pembelian bahan baku, terutama jika import dari negara yang jaraknya jauh dan pengiriman melalui kapal. Maka biasanya strategi untuk mengurangi freight cost yang dilakukan dengan combined shipment dengan kapal besar. Misal, saya pernah beli bahan baku dengan volume 20 ribu ton, namun menggunakan combined shipment dengan pembeli lain menggunakan kapal besar dengan kapasitas 55 ribu ton. Hal ini lebih efisien daripada kita menggunakan kapal yang lebih kecil. Akhirnya kita pun bisa mendapatkan freight cost yang lebih rendah.
Salam ketemu di tulisan lanjutannya terkait #Tips Cost Cutting Strategy
…….. to be continued in the next series ……..
#costcutting #costsaving #tips #opeationalexcellence
Salam pembelajar, MTY
060220